Analisis Web Design Berdasarkan Power Distance, Collectivism/Individualism, Masculinity/Feminity, Uncertainty Avoidance, dan Long Term Orientation
Samsul Lutfi (15720251023)
Pendidikan Teknik Elektronika dan Informatika, Program Pascasarjana ,Universitas Negeri Yogyakarta
Kampus UNY Karangmalang, Yogyakarta, Indonesia 55281
ABSTRAK
Website adalah sekumpulan halaman yang menampilkan konten atau sesuatu yang bisa diakses atau dibuka apabila kita mengakses internet. Sebuah Website mempunyai halaman awal, yaitu halaman yang pertama kali tampil apabila kita membuka alamat pada internet, halaman pertama ini kerap disebut homepage. Paper ini bertujuan untuk menganalisis desain interface yang berhubungan dengan budaya dari suatu Negara yang berbeda. Metode yang digunakan adalah studi pengamatan dan studi literature. Dimensi budaya yang digunakan untuk mengukur perbedaannya adalah Teori Hofstede, yaitu Power Distance (Jarak Kekuasaan), Indivialism vs Collectivism (Individualisme vs Kolektivisme), Masculinity vs Femininity (Maskulinitas vs Feminitas), Uncertainty Avoidance (Penghindaran terhadap Ketidakpastian), dan Long Term Orientation (Orientasi Jangka Panjang). Penelitian ini membandingkan tiga website yang berasal dari tiga negara yang berbeda, bahkan benua yang berbeda. Hasilnya terdapat perbedaan desain website yang dipengaruhi oleh budayanya.Hasil penelitian ini masih jauh pradnya.ac.id web dapat dikatakan sangat baik, dan manajer dari website ini diharapkan untuk lebih aktif dalam mengelola website ini, serta hasil dari penelitian ini menjadi masukan dan dipertimbangkan. Penelitian ini membandingkan tiga website yang berasal dari tiga Negara(Selandia Baru, Malaysia, Australia) yang berbeda, dan hasilnya terdapat perbedaan desain website masing-masing Negara.
Kata Kunci: Website, Teori Hofstede, Selandia Baru, Malaysia, Australia
1. Pendahuluan
Kemajuan teknologi informasi saat ini menjadi salah satu bagian terpenting dalam kehidupan. Salah satu cara penyampaian informasi yakni dengan menggunakan media internet. Internet merupakan media yang berpotensi untuk menjadi penyebar informasi yang mudah diterima. Melalui media internet dapat dilakukan berbagai bentuk aktivitas, dari hal-hal yang biasa hingga yang berkaitan dengan bisnis. Agar dapat melakukan aktivitas tersebut, tentunya tidak lepas dari peran sebuah website yang merupakan bagian terpenting dalam era informasi. Penyampaian informasi melalui website dirasa cukup fleksibel.
Website adalah sekumpulan halaman informasi yang disediakan melalui jalur internet sehingga bisa diakses di seluruh dunia selama terkoneksi dengan jaringan internet. Website merupakan sebuah komponen yang terdiri dari teks, gambar, suara dan animasi serta beragam bentuknya sehingga menjadi media informasi yang menarik untuk dikunjungi.
Tujuan dalam pembuatan website dapat disesuaikan dengan tujuan sebuah organisasi atau lembaga itu sendiri. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam mendisain sebuah website yang baik adalah dengan memperhatikan kaidah dan prinsip desain web yang baik dan benar, sehingga informasi yang akan disampaikan akan mendapatkan respon yang baik dan yang lebih penting lagi memberikan rasa nyaman terutama bagi pengguna website tersebut.
Saat ini Website sering digunakan sebagai media informasi maupun promosi oleh perusahaan, lembaga pemerintahan, kalangan swasta maupun lembaga-lembaga pendidikan. Dengan adanya Website, lembaga-lembaga pendidikan dapat memberikan informasi pada masyarakat maupun para siswa dan mahasiswanya.
Di beberapa bidang kehidupan, internet sudah menjadi kebutuhan pokok dan wajib ada. Bidang-bidang yang sangat memerlukan internet antara lain bidang ekonomi, khususnya untuk pemasaran, bidang pendidikan, bidang pertahanan, dan masih banyak lainnya. Bidang pendidikan khususnya, memerlukan internet untuk menunjang kebutuhan pada akademisinya untuk mendapat ilmu pengetahuan. Hal tersebut dikarenakan bidang pendidikan harus mampu berjalan seimbang dengan perkembangan zaman.
Di bidang pendidikan yang memerlukan akses internet adalah universitas. Universitas harus mampu memberikan fasilitas bagi para akademisinya untuk dapat mengikuti perkembangan zaman. Tuntutan saat ini, suatu universitas juga harus mampu memberikan informasi melalui internet, salah satunya dengan adanya website sendiri dari universitas tersebut.
Pembuatan website universitas yang berada di suatu negara kemungkinan besar memiliki perbedaan dengan website universitas dari negara lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor budaya yang berkembang di negara tersebut. Ada beberapa teori budaya yang dapat mempengaruhi perkembangan dari suatu website di negara tersebut, salah satunya adalah Teori dari Geert Hofstede atau dikenal dengan Teori Hofstede. Teori ini meninjau dimensi budaya dari 5 hal, yaitu Power Distance (Jarak Kekuasaan), Indivialism vs Collectivism (Individualisme vs Kolektivisme), Masculinity vs Femininity (Maskulinitas vs Feminitas), Uncertainty Avoidance (Penghindaran terhadap Ketidakpastian), dan Long Term Orientation (Orientasi Jangka Panjang Orientasi).
2. Kajian Teori
Menurut Hofstede (1997), setiap orang memiliki pola pemikiran, perasaan dan perbuatan yang dipelajari sepanjang hidupnya. Bagaimana seseorang dibesarkan, akan memberikan dampak yang cukup besar terhadap terbentuknya pola tersebut. Kebudayaan seseorang terbentuk karena lingkungan sosial dimana orang tersebut dibesarkan. Hofstede memberikan dimensi budaya yang dapat digunakan untuk mengukur perbedaan antara seseorang dengan latar belakang budaya tertentu dengan budaya yang lain. Dimensi tersebut yaitu:
a. Power Distance (PD)
b. Individualism vs Collectivism (IDV)
c. Feminity vs Masculinity (MAS)
d. Uncertainty Avoidance (UA)
e. Long Term Orientation (LTO)
a) Power distance
Power distance adalah satu dari ‘dimensi’ budaya nasional yang merefleksikan jarak jawaban yang ditemukan dalam beragam negara ke dalam pertanyaan mendasar tentang bagaimana mengelola fakta bahwa orang-orang dalam keadaan tidak seimbang. Skor-skor power distance dari 50 negara dan 3 wilayah kelompok negara dihitung dari jawaban karyawan IBM pada posisi pekerjaan yang sama dan survey yang sama. Seluruh pertanyaan terdapat kode tipe jawaban yang diwakili oleh skor angka: biasanya 1, 2, 3, 4 atau 5. Prosedur statistika dengan faktor analisis digunakan untuk meringkas survei pertanyaan ke dalam kelompok yang disebut faktor atau klaster. Suatu klaster tersusun dari pertanyaan yang terkait dengan power dan (in) equality. Dari pertanyaan ini, Hofstede menyeleksi tiga yang paling kuat terkait. Skor rata-rata standar sampel karyawan-karyawan IBM dalam suatu negara pada tiga pertanyaan, suatu power distance index (PDI) untuk perhitungan negara. Tujuan formula PDI adalah: menjamin bahwa tiap-tiap tiga pertanyaan menunjukkan bobot yang seimbang yang terdapat pada indeks akhir dan nilai indeks berjarak dari 0 untuk negara dengan power distance yang rendah sampai 100 untuk negara dengan power distance yang tinggi.
Tiga pertanyaan survey yang digunakan untuk menyusun power distance index adalah:
a) Pertanyaan yang menunjukkan kekhawatiran atau ketakutan karyawan/ bawahan.
b) Pertanyaan yang menunjukkan perasaan karyawan terhadap lingkungan kerja terkait dengan gaya otokrasi atau paternalistik.
c) Pertanyaan yang menunjukkan dan mengekspresikan preferensi responden (karyawan).
Perbedaan power distance dalam negara juga ditunjukkan atau ditentukan pula oleh kelas sosial, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Dalam mengukur perbedaan power distance juga dapat dihubungkan dengan perbedaan-perbedaan di dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, propinsi dan ide-ide besar dalam negara.
b) Collectivism vs Individualism
Mayoritas orang di dunia yang tinggal dalam suatu komunitas yang memiliki minat pada kelompok melebihi secara individu disebut sebagai kelompok masyarakat collectivist. Sebagian besar lingkungan collectivist, ‘keluarga’ di mana anak tumbuh berkembang terdiri dari sejumlah orang yang hidup bersama seperti: kakek-nenek, paman, bibi, pembantu, atau anggota lainnya. Dalam antropologi budaya ini dikenal sebagai extended family. Ketika anak tumbuh berkembang mereka belajar untuk berpikir mereka sebagai bagian dari kelompok ‘kita’.
Minoritas orang di dunia hidup dalam masyarakat di mana minat-minat individu di atas minat kelompok, masyarakat itu disebut sebagai individualist. Di sini sebagian besar anak-anak dilahirkan dalam keluarga yang terdiri dari dua orang tua dan, kemungkinan dari keluarga dengan orangtua tunggal. Saudara-saudara lain hidup terpisah dan jarang bertemu. Keluarga jenis ini dikenal sebagai nuclear family (dari bahasa Latin yang berarti inti). Anak-anak dari keluarga seperti ini akan tumbuh dan kemudian berpikir bahwa mereka sebagai ‘aku’.
Pertanyaan-pertanyaan survey di mana individualism index diperkenalkan termasuk ke dalam kumpulan 14 ‘work goals’. Pertama adalah individualism versus collectivism, dan yang kedua dinamai masculinity versus feminimity (lihat D: Masculinity dan Feminimity).
Untuk individualism:
a) Personal time. Memiliki suatu pekerjaan yang memberikan anda waktu yang cukup untuk kehidupan personal atau keluarga.
b) Freedom. Memiliki kebebasan yang tinggi untuk menggunakan pendekatan anda sendiri dalam pekerjaan anda.
c) Challege. Memiliki tantangan pekerjaan yang dilakukan – bekerja di mana anda dapat mencapai prestasi yang berarti bagi pribadi.
Untuk collectivism:
a) Training. Memiliki kesempatan training (untuk meningkatkan ketrampilan anda atau mempelajari ketrampilan baru)
b) Physical conditions. Memiliki kondisi kerja fisik yang baik (ventilasi dan penerangan yang baik, tempat kerja yang leluasa, dsb.).
c) Use of skills. Secara penuh menggunakan ketrampilan dan kemampuan anda dalam pekerjaan.
Banyak negara dengan skor tinggi untuk PDI memiliki skor rendah pada IDV dan sebaliknya. Dengan kata lain hubungan kedua dimensi tersebut cenderung berkorelasi negatif. Perbedaan individualism-collectivism dalam negara juga ditunjukkan atau ditentukan pula oleh kelas sosial, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Dalam mengukur perbedaan individualism-collectivism juga dapat dihubungkan dengan perbedaan-perbedaan di dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, propinsi dan ide-ide besar dalam negara.
c) Masculinity and Feminity
Dalam suatu masyarakat terdiri atas laki-laki dan perempuan. Secara biologis mereka berbeda. Perbedaan biologis menggunakan terminologi male dan female, sedangkan perbedaan sosial dan secara budaya ditentukan oleh peran masculine dan feminine. Seorang laki-laki dapat berkelakuan feminim dan sebaliknya.
Dimensi kedua ini secara erat berhubungan dengan item terkait berikut. Untuk masculine:
a) Earnings. Memiliki kesempatan untuk meraih pendapatan yang besar.
b) Recognition. Memperoleh pengakuan yang layak.
c) Advancement. Memiliki kesempatan untuk maju ke tingkat pekerjaan yang lebih tinggi.
d) Challenge. Memiliki pekerjaan yang menantang untuk berprestasi.
e) Sebaliknya untuk feminine:
f) Manager. Memiliki hubungan kerja yang baik dengan superior di atas anda.
g) Cooperation. Bekerja baik dengan orang lain
h) Living area. Hidup di lingkungan menarik bagi anda dan keluarga anda.
i) Employment security. Memiliki jaminan di mana anda dapat bekerja pada perusahaan anda sepanjang anda inginkan.
Perbedaan masculinity-feminity dalam negara juga ditunjukkan atau ditentukan pula oleh kelas sosial, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Dalam mengukur perbedaan masculinity-feminity juga dapat hubungkan dengan perbedaan-perbedaan di dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, propinsi dan ide-ide besar dalam negara.
d) Uncertainty avoidance
Terminologi uncertainty avoidance telah dipinjam dari organisasi sosiologi Amerika khususnya dari karya James G.March. Cara untuk mengatasi ketidakpastian merupakan bagian dan bidang dari setiap manusia di negara manapun. Sebagai manusia kita harus berhadapan dengan fakta bahwa kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok; masa yang akan datang tidak pasti tetapi kita harus menghadapinya.
Ketidakpastian yang ekstrim menciptakan kegelisahan yang tidak dapat ditolelir. Setiap lingkungan masyarakat telah berkembang cara untuk meredakan kegelisahan tersebut. Cara-cara tersebut dapat berasal dari bidang teknologi, hukum dan agama.
e) long term vs short term orientation (orientasi jangka panjang versus jangka pendek)
Orientasi jangka panjang, dijelaskan oleh Hofsted sebagai dimensi yang menunjukkan seberapa besar masyarakat memiliki dedikasi jangka panjang terhadap tradisi mereka atau memiliki pikiran-pikiran yang maju ke depan. Pada awal 1980an, tak lama setelah Hofstede pertama diformulasikan nya budaya dimensi, karya Michael Bond meyakinkan dia bahwa kelima dimensi perlu didefinisikan. Jangka panjang orientasi tampaknya bermain peran penting dalam negara-negara Asia yang telah dipengaruhi oleh Konfusianisme Filsafat selama ribuan tahun. Geert Hofstede dan Bond yang ditemukan negara-negara seperti berbagi keyakinan ini:
§ Masyarakat yang stabil membutuhkan hubungan yang tidak seimbang.
§ Keluarga adalah prototipe dari semua organisasi sosial; Akibatnya, orang tua (orang tua) memiliki otoritas lebih daripada orang muda dan Laki-laki lebih dari perempuan.
§ Perilaku berbudi luhur kepada orang lain berarti tidak memperlakukan mereka sebagai salah satu akan
§ tidak ingin diperlakukan.
§ Saleh perilaku dalam karya berarti berusaha untuk memperoleh keterampilan dan pendidikan, bekerja keras, dan menjadi hemat, pasien, dan tekun.
3. Metode Penelitian
Paper ini dibuat dengan menggunakan tahapan-tahapn sebagai berikut :
a) Studi Sistem yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang dikaji.
b) Studi Literatur atau Kajian Pustaka yaitu diperoleh dari buku-buku, internet yang berhubungan dengan permasalahan, dan situs website yang dikaji.
4. Hasil dan Pembahasan
a. University of Otago Language Centre and Foundation Year (Selandia Baru)
Gambar. 1. University of Otago Language Centre and Foundation Year
Power Distance (Jarak Kekuasaan)
Power distance pada website ini memiliki kecenderungan tidak terlalu begitu kuat. Website ini berisi begitu banyak informasi-infomasi, dan itu sesuai berdasarkan baik dari segi gambar, foto, maupun video. Simbol universitas pun hanya kecil dan berada di pojok kiri atas. Sehingga untuk power distancenya memiliki kecenderungan tinggi. Pada website ini memiliki penekanan antara pemimpin dan yang dipimpinnya ( mahasiswa) dan juga memiliki fitur website focus pada materi resmi universitas, terdapat foto, logo dan informasi dari pemimpin universitas sebagai figure otoritas untuk mendukung layanan. Terdapat fitur animasi yang digunakan untuk menampilkan informasi universitas.
Indivialism vs Collectivism (Individualisme vs Kolektivisme)
Adanya fhoto yang menggambarkan banyaknya sebuah kebersamaan pada kegiatan-kegiatan yang tercermin dalam universitas tersebut. Kegiatan mahasiswa juga dijabarkan secara terperinci, banyaknya program- program yang ditawarkan juga. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai kolektivismenya lebih cenderung daripada individualismenya.
Masculinity vs Femininity (Maskulinitas vs Feminitas)
Website ini sebagian besar menu- menunya hanya menunjukkan mengenai prestasi-prestasi apa yang dimiliki. Sebagaian juga menunjukkan adanya hubungan sosial yang terjadi di dalamnya. Namun, seperti pada umumnya tidak ada perbedaan kurikulum antara pria dan wanita. Website ini memiliki kecenderungan antara feminim dan maskulin lebih ke maskulin.
Uncertainty Avoidance (Penghindaran terhadap Ketidakpastian)
Situs ini menunjukkan halaman yang sederhana, jelas citra dan pilihan terbatas. Konten yang berada pada situs ini, menjelaskan secara detail informasi dan navigasi secara terstruktur, bisa diperediksi dapat menjamin perjalanan penggunanya.
Long Term Orientation vs Short Term Normative (Orientasi Jangka Panjang vs Orientasi Normatif Jangka Pendek)
Desain yang ditawarkan lebih interaktif ,memiliki konten yang beragam terfokus pada praktik dan nilai praktis sehingga memiliki orientasi jangka panjang. Hal itu tergambar dari sejarah yang tercantum pada website tersebut. Di situ dijelaskan bagaimana universitas terus berusaha untuk berkembang menjadi maju dan lebih baik.
b. University Teknologi Malaysia (UTM)
Gambar. 2. Universiti Teknologi Malaysia (UTM)
Power Distance (Jarak Kekuasaan)
Berdasarkan dari tampilan awal website tersebut. Halaman pertama yang muncul adalah halaman yang terdapat foto petingginya dengan mahasiswanya yang berprestasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa website ini memiliki power distance yang lebih tinggi daripada milik Selandia Baru.
Indivialism vs Collectivism (Individualisme vs Kolektivisme)
Foto-foto yang terdapat dalam website ini adalah foto-foto yang menunjukkan begitu banyaknya kebersamaan. Mereka selalu mengadakan acara secara bersama-sama. Simbol universitas pun tidak terlalu dominan di dalam web ini. Berita yang ditampilkan pada halaman utama merupakan berita yang berkaitan dengan kebersamaan yang dilakukan oleh dosen maupun oleh mahasiswanya. Website ini menunjukkan bahwa kecenderungan budaya yang dianut adalah Kolektivisme.
Masculinity vs Femininity (Maskulinitas vs Feminitas)
Berita yang ditampilkan pada website tersebut terkait dengan prestasi mahasiswa yang dimiliki dan juga keakraban yang ada. Prestasi mahasiswa yang dimiliki ditunjukkan dengan adanya menu mengenai prestasi- prestasi yang dimiliki mahasiswanya. Kejuaraan-kejuaraan apa saja yang sudah dimiliki. Kehidupan sosial juga ditayangkan pada menu tersebut yang menunjukkan bagaimana bersahabatnya para staf terhadap mahasiswa. Berita di halaman awal juga menunjukkan kegiatan gathering yang dilakukan oleh mahasiswa yang menunjukkan adanya pola keakraban satu dengan yang lainnya. Terlihat bahwa adanya keseimbangan antara keduanya, baik itu secara maskulinitas maupun feminitas.
Uncertainty Avoidance (Penghindaran terhadap Ketidakpastian)
Situs ini menunjukkan halaman yang sederhana, jelas citra dan pilihan terbatas. Konten yang berada pada situs ini, menjelaskan secara detail informasi dan navigasi secara terstruktur, bisa diperediksi dapat menjamin perjalanan penggunanya.
Long Term Orientation vs Short Term Normative (Orientasi Jangka Panjang vs Orientasi Normatif Jangka Pendek)
Orientasi yang dimiliki oleh website ini cukup panjang. Hal itu tergambar dari sejarah yang tercantum pada website tersebut. Di situ dijelaskan bagaimana universitas terus berusaha untuk berkembang menjadi maju dan lebih baik. Bukan hanya itu saja, Seluruh menu yang ditawarkan ada dalam bentuk 2 bahasa, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Hal itu dilakukan untuk mewadahi bahwa pembaca bukan hanya orang Indonesia saja, tetapi juga banyak orang dari luar negeri yang belum mengerti bahasa Indonesia. Hal itu sebagai upaya untuk menarik minat masyarakat, bukan hanya dari Indonesia saja, tetapi juga dari pihak asing. Sehingga orientasi jangka panjang yang diterapkan website ini cukup besar.
c. The University of Queensland (Australia)
Gambar. 3. The University of Queensland (Australia)
Power Distance (Jarak Kekuasaan)
Pada halaman awal website ini, terdapat foto-foto mengenai universitas ini. Salah satu fotonya adalah orang yang telah memberikan pengaruh besar terhadap universitas ini, hal ini menunjukkan bahwa website ini memiliki kecenderungan power distance yang cukup tinggi. Namun, tidak terdapat foto-foto petinggi universitas yang terlihat terlalu dominan. Simbol universitas juga tidak terlalu besar. Hal ini menunjukkan bahwa website ini memuliki tingkat power distance yang lebih tinggi daripada milik Selandia baru, namun lebih rendah daripada milik Malaysia.
Indivialism vs Collectivism (Individualisme vs Kolektivisme)
Tingkat kolektivisme di website ini dapat ditunjukkan dengan koleksi foto yang dimiliki. Foto dan koleksi yang dimiliki menunjukkan keakraban antar mahasiswa atau dosennya. Foto yang ditampilkan banyak menunjukkan hanya mengenai universitasnya, dosen-dosen serta mahasiswanya.
Masculinity vs Femininity (Maskulinitas vs Feminitas)
Tidak disebutkan mengenai perbedaan kurikulum yang perlu ditempuh antara mahasiswa pria dan wanita, sehingga dianggap bahwa kurikulum tersebut sama. Tingkat maskulin dan feminimnya dapat diukur dari kegiatan-kegiatan serta menu yang ditampilkan. Berita kegiatan yang ditampilkan banyak membahas mengenai prestasi yang didapat serta profil universitas, sedangkan untuk kegiatan sosial yang dialami terkait dengan menu yang mengkaji mengenai petunjuk- petunjuk kehidupan di sana. Sehingga untuk segi maskulin dan feminim, website ini cenderung lebih feminim daripada semua milik Selandia Baru dan Malaysia. Itu dapat dilihat dari tampilannya yang lebih menekakankan kepada kewanita-an. Desain, warna dan grafis yang digunakan cukup menarik juga.
Uncertainty Avoidance (Penghindaran terhadap Ketidakpastian)
Pada Website ini menunjukkan lebih banyak kompleksitas konten dan pilihan dengan jendela popup, beberapa jenis kontrol antarmuka, informasi yang diberikan beragam sehingga menimbulkan ambiguitas dalam pengguna. Hal ini menunjukkan bahwa Australia lebih lebih takut akan kejelasan atau tidak menghindari dari ketidakpastian.
Long Term Orientation vs Short Term Normative (Orientasi Jangka Panjang vs Orientasi Normatif Jangka Pendek)
Orientasi pada website ini cenderung rendah. Hal itu dikarenakan dalam pengguna menunjukkan khas Barat, menu mengenai kedepannya tidak ditampilkan secara terpelisit, sehingga untuk orientasi jangka panjang cenderung kurang.
5. Kesimpulan
Dari hasil analisis Website dari Negara Selandia Baru, Malaysia dan Australia dapat disimpulkan, bahwa desain Website tersebut terdapat kekurangan dan kelemahan juga, baik di aspek Power Distance (PD), Individualism vs Collectivism (IDV), Feminity vs Masculinity (MAS), Uncertainty Avoidance (UA), dan Long Term Orientation (LTO). Ternyata desain website yang berkembang dipengaruhi pula oleh budaya suatu Negara dan mencerminkan bagaimana karakteristik budaya suatu Negara tersebut melalui websitenya.
Daftar Pustaka
[1] Hofstede, G. National Culture. Dimensions of national culture. http://geert-hofstede.com/national-culture.html. Diakses pada tanggal 27 oktober 2016.
[2] Hofstede, G., G.J. Hofstede, and M.Minkov, Cultures And Organizations, In Software Ofthe Mind Intercultural Cooperation And Its Importance. 2010, McGraw-Hill. p.576.
[3] Hofstede et.al. 1990. Measuring Organizational Cultures: A Qualitative and Quantitative Study Across Twenty Cases. Administrative Science Quarterly, 35 (1990): 286-316
[4] Hofstede, Geerts. 1994. Cultures And Organizations: Software Of The Mind. London: HarperCollinsPublishers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar